DWI DIUJIWANTI

Sabtu, 02 Juni 2012

RPP UJIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

;

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

INDIKATOR

  • Menulis: menggungkapkan pikiran, pendapat, dan informasi dalam penulisan karangan berpola deduktif dan induktif.

  • Menulis karangan berdasarkan topik tertentu dengan pola 

  • Kognitif proses 

  • Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf 

  •  Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama 

  •  Menemukan paragraf induktif dan deduktif 

  • Produk 

  •  Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf 

  •  Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama 

  •  Menentukan paragraf induktif dan deduktif Psikomotor 

  • Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif Afektif Karakter tanggung jawab kritis disiplin 

  • Keterampilan sosial Berbahasa santun dan komunikatif 

  • Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok 

  • Membantu teman yang mengalami kesulitan;


TUJUAN PEMBELAJARAN

Kognitif

Proses

Setelah membaca dan memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring, siswa secara berkelompok diharapkan dapat

Menemukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf

Menemukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama

Menemukan paragraf induktif dan deduktif

Produk

Setelah menemukan hasil pencapaian tujuan proses di atas, siswa secara berkelompok diharapkan dapat

Menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada paragraf

Menentukan kalimat penjelas yang mendukung kalimat utama

Menentukan paragraf induktif dan deduktif

Psikomotor

Setelah menentukan dan memahami hasil pencapaian tujuan produk di atas, siswa secara mandiri diharapkan dapat

Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif

Afektif

Karakter

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam berperilaku yang meliputi sikap tanggung jawab kritis disiplin

Keterampilan sosial

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan kecakapan sosial yang meliputi

Berbahasa santun dan komunikatif

Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok

Membantu teman yang mengalami kesulitan

MATERI PEMBELAJARAN

Paragraf yang berpola deduktif dan induktif

Kalimat utama dan kalimat penjelas

Perbedaan deduktif dan induktif

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan: Pembelajaran Kontekstual

Model Pembelajaran: Kooperatif Tipe STAD

Metode: tanya jawab, pemodelan, penugasan, dan unjuk kerja

BAHAN DAN MEDIA Wacana tulis (artikel)

LKS

Kertas HVS


ALAT


Spidol

Format evaluasi Pedoman penilaian dan penskoran

SKENARIO PEMBELAJARAN


No.

Kegiatan Awal

Kegiatan inti

Kegiatan Akhir

1


  • Tahap 1 (5 menit): Pemancingan dengan mula-mula menanyakan kesiapan belajar siswa, lalu menanyakan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang paragraf.

  • Tahap 2 (10 menit): Pengarahan dengan mula-mula bertanya jawab tentang jenis-jenis paragraf  berdasarkan letak kalimat utamanya, kemudian diakhiri dengan penegasan guru tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran pada pertemuan itu.

(55 menit): guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian memberikan pemahaman kepada siswa mengenai paragraf deduktif dan induktif, serta perbedaan antara kalimat utama dan kalimat penjelas       

  • Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan umum atas semua butir pembelajaran yang telah dilaksanakan;

  • Siswa  diminta menyampaikan kesan dan saran (jika ada) terhadap proses pembelajaran yang baru selesai mereka ikuti;

  • Guru menugaskan siswa untuk mencari artikel di media masa yang akan mereka identifikasi paragr


SUMBER PEMBELAJARAN

 Wacana tulis

 Materi Essensial MGMP Sekolah

Lembar Pegangan Guru

LKS 1 ; LKS 2

 LP 1 ; LP 2

Silabus

EVALUASI DAN PENILAIAN

1. Evaluasi Evaluasi Proses: dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas peserta (siswa) dalam menggarap tugas, diskusi, kegiatan tanya jawab, dan dialog informal. Evaluasi Hasil: dilakukan berdasarkan analisis hasil pengerjaan tugas dan pengerjaan tes, dan pengamatan unjuk keterampilan (performance)

 2. Penilaian a. Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1, LKS 2 dan LP 2, , LP 4, LP 5 Tugas Individu: menggunakan LKS 3 ; LP 3 Bentuk Instrumen Penilaian: Uraian bebas Jawaban singkat Pilihan ganda

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/I Standar

Kompetensi : Membaca

Kompetensi Dasar : Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif

 LEMBAR PEGANGAN GURU (LPG)

Pengertian Paragraf Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, “menulis di samping” atau “tertulis di samping“) adalah Unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Syarat sebuah paragraf di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni : Kalimat utama

Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.

Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini terbagi atas 4 yakni :

Paragraf Deduktif

Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.

Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.

Paragraf Induktif

Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.

Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.

Paragraf Tersebar

Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama, berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi.


DAFTAR PUSTAKA Irawan, yudi (dkk). 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Perbukuan

LEMBAR PENILAIAN LP 1 : KOGNITIF PROSES Pedoman Penskoran LKS 1

No.

Komponen

Deskriptor

1.

Menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf

  • Dapat menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas pada semua paragraf 

  • Hanya dapat menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas pada beberapa paragraf

  • Tidak dapat menemukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.

2.

Menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif

  • Dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada semua paragraf b.Hanya dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada beberapa paragraf . c.Tidak dapat menemukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada semua paragraph


LP 2 : KOGNITIF PRODUK Pedoman Penskoran LKS 2


No.

Komponen

Deskriptor

1.

Menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf

a.Dapat menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas pada semua paragraf b.Hanya dapat menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas pada beberapa paragraf . c.Tidak dapat menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas dalam paragraf.

2.

Menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif

a.Dapat menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada semua paragraf b.Hanya dapat menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada beberapa paragraf . c.Tidak dapat menentukan paragraf yang berpola deduktif dan induktif pada semua paragraf


LP 3 = Psikomotor Pedoman Penskoran LKS 3


No.

Komponen

Deskriptor

1.

Menjelaskan perbedaan paragraf deduktif dan induktif

a.Dapat menjelaskan dengan sangat jelas dengan bahasa yang efektif dan santun. b.Dapat menjelaskan, namun dengan terbata-bata. c.Tidak dapat menjelaskan apa-apa.


LP 4 = Afektif : Perilaku Berkarakter Petunjuk : Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut : A = sangat baik B = memuaskan C = Cukup baik D = kurang baik Format Pengamatan Perilaku Berkarakter No. Rincian tugas kinerja Memerlukan perbaikan (D) Menunjukkan kemajuan (C) Memuaskan (B) Sangat baik (A) 1 Tanggung jawab 2 Kritis 3 Disiplin Hari/Tanggal : Guru/Pengamat (…………………..)

 LP 5 = Afektif : Perilaku Keterampilan Sosial Petunjuk : Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut : A = sangat baik B = memuaskan C = Cukup baik D = kurang baik Format Pengamatan Keterampilan Sosial No. Rincian tugas kinerja Memerlukan perbaikan (D) Menunjukkan kemajuan (C) Memuaskan (B) Sangat baik (A) 1 Berbahasa santun dan komunikatif 2 Partisipasi dalam (kerja sama) kelompok 3 Membantu teman yang kesulitan Hari/Tanggal : Guru/Pengamat (…………………..)

 MEDIA PEMBELAJARAN Bacalah Kutipan Artikel Berikut! Efek Rumah Kaca Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika mengenai permukaan bumi, energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagi radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi. Akibatnya panas akan tersimpan di permukaan bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsenterasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala mahkluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15˚C (59˚F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33˚C (59˚F) dengan efek rumah kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18˚C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi). Akibatnya jumlah gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya. Kenaikan suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan.misalnya naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perbedaan politik dan publik di dunia mengenai tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut. Sebagian besar Negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca Kendari, Desember 2011 Guru Pamong Mahasiswa KKP HARLINA, S.Pd A R I S NIP 197605292007012012 A1D1 07 105 Mengetahui, Kepala SMA Kartika VII-2 Kendari Drs. H. NP. DAHLAN

Rabu, 30 Mei 2012

PENGANTAR JURNALISTIK II

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahasa Jurnalistik

Semua berita dan laporan yang disajikan dalam bahasa yang mudah kita pahami, lazim disebut bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik sangat demokratis dan populis. Demokratis berarti dalam bahasa jurnalistik tidak dikenal tingkat, pangkat, dan kasta. Contohnya, kucing makan, saya makan, guru makan, presiden makan. Semua diperlakukan sama tanpa ada yang  diistemewakan. Sedangkan populis berarti bahasa jurnalistik menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semua lapisan masyarakat di kota dan di desa serta di darat dan di laut.
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Bahasa jurnalistik juga merupakan bahasa komunikasi massa sebagaimana tampak dalam koran (harian) dan majalah (mingguan). Bahasa jurnalistik biasa juga diseebut bahasa pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif  bahasa indonesia di samping terdapat juga ragam bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam bahasa literer (sastra) (Surdayanto, 1995). Bahasa jurnalistik harus didasarkan  kepada bahasa baku, memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosakata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan masyarakat.
2.2 Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik
Prinsip-prinsip bahasa jurnalistik yaitu :
1.    Prinsip prosesibiltas, yaitu mengnjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan-satuan,(b) bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu sama lain.
2.    Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami.Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.
3.    Prinsip ekonomi, prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Teks singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam memahaminya.
4.    Prinsip ekspresivitas, Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikontruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian akan dipaparkan kemudian.
2.3 Karakter Bahasa Jurnalistik
Di dalam bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan. Secara spesifik bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi, bahasa jurnalistik media online internet.


Ada 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut:
1.    Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen; baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.
2.    Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga.
3.    Padat
Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik (1999:45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi.
4.    Lugas
Lugas berarti tegas, tidak  ambigu dan tidak membingungkan khalayak pembaca. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
5.    Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya. Jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya  sesuai dengan kaidah subjek-objek-predikat-keterangan (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya.
6.    Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang dan tidak menyembunyikan sesuatu.
7.    Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca.
8.    Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa.
9.    Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.
10.    Logis
Logis berarti yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat atau paragraf  jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense).
11.    Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat yang dipakai dan yang dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.
12.    Menghindari Kata Tutur
Kata tutur adalah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidakmemperhatikan masalah struktur dan tata bahasa.
13.    Menghindari Kata dan Istilah Asing
Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan  yang banyak diselipi kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan.
14.    Pilihan kata (Diksi) yang Tepat
Setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
15.    Mengutamakan Kalimat Aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif.
16.    Menghindari Kata atau Istilah Teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, rngan dibaca, tidak membuat kening berkerut, apalagi sampai membuat kepala berdenyut.
17.    Tunduk Kepada Kaidah Etika
Pers wajib tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, baik, dan benar.
2.4 Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Menulis BI Ragam Jurnalistik
Kesalahan yang sering dilakukan yaitu :
1.    Pemakaian  singkatan  dan akronim yang tidk taat asasi dan kurang berdisiplin.
2.    Penggunaan ejaan dan tanda baca ynag kurang tepat.
3.    Penyerpan kata dan istilah asing yang kurang memperhatikan kaidah atau bahasa tulis bahasa indonesia.
4.    Susunan kalimat dan paragraf yang kurang baik.
5.    Kurang setia dalam pemakaian dan penulisan kalimt efektif.



PENGANTAR JURNALISTIK I

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Di awal tahun 1980-an terbesit berita bahwa bahasa Indonesia di media massa menyimpamg dari kaidah bahasa Indonesia baku. Roni Wahyono (1995) menemukan kemubaziran bahasa wartawan di Semarang dan Yogyakarta pada aspek gramatikal (tata bahasa), leksikal (pemilihan kosa kata), dan ortografis (ejaan). Berdasarkan aspek kebahasaan, kesalahan tertinggi yang dilakukan wartawan terdapat pada aspek gramatikal dan keasalahan terendah pada aspek ortogarafi. Berdasarkan aspek berita, berita olahraga memiliki frekuensi kesalahan tertinggi dan frekuensi kesalahan terendah pada berita kriminal. Penyebab wartawan melakukan  kesalahan bahasa dari faktor penulis karena minimnya penguasaan kosakata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan bertanggung jawab terhadap pemakain bahasa, karena kebiasaan lupa dan pendidikan yang belum baik. Sedangkan factor di luar penulis, yang menyebabkan wartawan melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia karena keterbatasan waktu menulis, lama kerja, banyaknya naskah yang dikoreksi dan tidak tersedianya redaktur bahasa dalam surat kabar.
Walaupun di dunia penerbitan telah ada buku-buku jurnalistik praktis karya Rosihan Anwar (1991), Asegaf (1992), Jacob Oetama (1987), Ashadi Siregar, dan lain –lain, masih perlu dimunculkan petunjuk akademik maupun teknis pemakaian bahjasa jurnlistik.Dengan mengetahui karasteritik bahasa pers indonesia termasuk sejauh mana mengetahui penyimpangan yang terjadi, kesalahan dan kelemahannya, maka akan difomat bahasa jurnlistik yang komunikatif.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dibahas adalah bagaimanakah pemakaian bahasa jurnalistik?
1.3    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan pemakaian bahasa jurnalistik.
1.4    Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pemakain bahasa jurnalistik.
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang pemakaian bahasa jurnalistik.








Minggu, 27 Mei 2012

PAGI YANG MENDAKI LANGIT

ZHETA

kau namai dirimu lukisan
jalan menuju mata hatiku

Kendari, Maret 2009
oleh : ZAINAL SURIANTO

PUISI

IBU

Aku berhenti tatkala
Mengingat cahaya wajahmu
Doaku, harapanku
Tak pernah terhenti
Walaupun tepung dan garam
Penjadi pengganjal hari ini

Tatkala aku berhasil kelak
Aku akan kembali kepangkuanmu
Senyum dan tawamu pula
Menyambutku



OLEH : HARISMAN

NARKOBA DAN GENERASI MUDA


      Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mnecoba-coba terhadap hal-hal baru itu sangat besar sekali. Sehingga itu sangat memudahkan para remaja terdorong menyalahgunakan narkoba. Dan data menunjukan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap narkoba.
        Ada banyak jenis narkoba atau napza, diantaranya: Heroin, Ganja, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide), dan masih banyak yang lainnya. Banyak remaja pecandu narkoba karena taraf coba-coba, taraf hiburan, taraf penggunaan secara teratur, dan taraf ketergantungan. Biasanya remaja yang baru memasuki taraf coba-coba langsung terseret sampai ketaraf ketergantungan, karena sifat narkoba yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan yang tinggi. Serta Menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, merusak fungsi organ vital tubuh : otak, jantung, ginjal, hati, dan paru-paru, sampai kepada kematian sia-sia yang tidak patut ditangisi. Memerlukan biaya yang sangat besar baik untuk membeli narkoba yang harganya sangat mahal, maupun untuk biaya pengobatannya yang juga sangat mahal, sehingga dapat membuat keluarga bangkrut dan menderita. Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman, dan keamanan masyarakat. Menimbulkan kecelakaan diri yang bersangkutan dengan orang lain. Perbuatan melanggar hukum yang dapat menyeret pelakunya ke penjara. Memicu tindakan tidak bermoral, tindakan kekerasan dan tindakan kejahatan. Menurunkan sampai membunuh semangat belajar adalah perbuatan yang menghancurkan masa depan. Merusak keimanan dan ketakwaan, membatalkan ibadah agama karena hilangnya akal sehat.
        Akibat yang ditimbulkan oleh pengguna narkoba, yang pertama perubahan fisik pada saat menggunakan napza: jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis) dalam menggunakan napza : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. Saat sedang ketagihan napza (Sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh penggunaan napza jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan. Yang kedua, perubahan sikap dan perilaku: prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja. Sering bepergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga yang lain. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.
             Upaya pencegahan meliputi 3 hal. Yang pertama, mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan napza dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan napza, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan napza. Yang kedua, upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik. Serta yang ketiga, komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak. Memperkuat kehidupan beragama. Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan napza agar dapat berdiskusi dengan anak. 



JAWA

 BAB III
METODE DAN TEKNIK

1.1    Metode dan Jenis Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Dengan  demikian, peneliti berusaha menjelaskan konsep-konsep dalam satu hubungan dengan yang lain, digunakan kata-kata satu kalimat dalam struktur yang logis serta mempergunakan pemahaman yang mendalam, kesemuanya itu dikemukakan secara apa adanya atau sesuai kenyataan yang ditemukan.
Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terutama berhubungan dengan pengumpulan data, menggambarkan data secara ilmiah dan penyajian dan bentuk sapaan bahasa Jawa dalam laporan penelitian.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan. Oleh karena itu, peneliti langsung ke tempat penelitian untuk mengambil data sesuai dengan masalah penelitian.

1.2    Data dan Sumber Data
1.2.1    Data
Data yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah data lisan. Data bahasa lisan tersebut diperoleh dari hasil interaksi masyarakat Bima-maroa berupa tuturan-tuturan dalam bentuk kalimat-kalimat dan kata-kata yang memuat tentang sapaan bahasa Jawa yang dituturkan secara langsung oleh penutur aslinya.
1.2.2    Sumber Data
Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah diambil dari masyarakat Bima-maroa atau sekelompok orang yang berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, sebagai penutur asli bahasa Jawa baik itu di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
1.3    Instrumen Penelitian 
Dalam penelitian ini, penelitian  bertindak sebagai perencana, pengumpulan data, menganalisis, penafsiran data pelapor. Hasil penelitian ini berarti peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Untuk mendukung instrumen kunci tersebut digunakan pula instrumen berupa panduan wawancara.

1.4    Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini tergolong penelitian lapangan  sehingga peneliti dalam mengumpulkan data langsung ke lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode cakap dan simak. Dengan teknik ini rekam ini, peneliti dapat mengurangi kelemahan ingatan, pikiran, pengamatan dan pencatatan. Teknik lain yang dapat digunakan adalah teknik catat.
1.5    Metode dan Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan struktural yang bersifat deskriptif sinkronis yakni peneliti berupaya memberikan gambaran objektif tentang sistem sapaan dalam bahasa Jawa dengan memberlakukan bahasa tersebut dalam pemakaian masyarakat tutur pada saat ini. 
Semua data yang ditemukan dalam penelitian, dikumpulkan dan selanjutnya data tersebut diseleksi dengan cara mengklasifikasi berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian. Klafisikasi tersebut terdiri atas :
1.    Sistem sapaan yang digunakan dalam lingkungan keluarga, dan
2.    Sistem sapaan yang digunakan di luar lingkungan keluarga.
Semua data yang telah diseleksi selanjutnya dianalisis secara deskriktif, yakni suatu cara yang dipergunakan dalam menganalisis bahasa dan segala uraiannya didasarkan pada kenyataan yang ada dalam bahasa yang teliti.