DWI DIUJIWANTI

Minggu, 27 Mei 2012

ANALISIS TEKA-TEKI

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 

3.1 Analisis
         Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah yang berasal dari kata yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa inggrisitu adalah ilmu yang mempelajari ilmu tanda seperti bahasa, kode, atau lambang.
            Menurut Saussure, seperti dikutip Pradopo (1991:54) tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Dimana ada tanda disana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar) yang mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indera kita yang disebut dengan signifier, dan aspek lainnya yang disebut signified, bidang petanda atau konsep atau makna. Aspek kedua terkandung didalam aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh aspek pertama.
          Lebih lanjut dikatakannya bahwa penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of ekspression) dan mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf kata, gambar, warna, objek dan sebagainya. Petanda terletak pada level of conted (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang duiungkapkan melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan makna.

3.2 Pembahasan Teka-teki
         Teka-teki dapat dianggap sebagai salah satu hasil sastra melayu lama pada taraf permulaan, tetapi dapat juga disebut sebagai salah satu jenis folklor melayu. Sebagaimana diketahui dalam teka-teki, isi atau maksudnya secara langsung tetapi disuruh menerka, disamarkan atau disembunyikan. Sehubungan dengan ini, untuk menyatakan maksud secara tidak langsung seperti dalam teka-teki, dijumpai pula dalam kebiasaan menggunakan lambang, misalnya bunga kamboja melambangkan kematian, buah delima wanita cantik, dan jeruk masam tidak menerima pinangan.
           Demikianlah dalam kesusastraan Melayu acapkali apa yang dimaksudkan itu tidak diucapkan dengan kata-kata yang tepat tetapi dikatakan dengan sajak atau kiasan untuk disuruh terka dan artikan. Acapkali hal demikian itu berupa permainan dan godaan, pertunjukan  kepandaian dan kegemaran. Seringkali pula hal itu dilakukan untuk memelihara perasaan orang lain untuk menakuti pembalasanya (Hooykas, 1952:3).
Dalam makalah teka-teki ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotik yang mempelajari tanda, yang selalu mengacu pada sesuatu hal atau benda yang lain yang disebut referent. Seperti pada contoh teka-teki yang dijumpai pada masyarakat melayu. Masyarakat melayu itu kebiasaan menggunakan lambang atau tanda dalam menggunakan teka-teki yang isi atau maksudnya tidak dikemukakan secara langsung tetapi disuruh terka, disamarkan, atau disembunyikan. Seperti bunga Kamboja dilambangkan sebagai kematian, buah delima dilambangkan  sebagai wanita cantik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar